Minggu, 13 Juli 2014

Nabi Muhammad SAW lahir dari suku quraisy dan bani hasyim

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِيِّ الْهَـاشِمِيِّ مُحَمَّدٍوَّعَلَى الِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا

 Allaahumma shalli 'alaannabiyyil hasyimiyyi Muhammadiw wa'alaa aalihi wa sallim tasliima.

"Ya Allah, berikanlah rahmat serta salam kepada seorang nabi keturunan Bangsawan Hasyim, yakni Muhammad beserta keluarganya, semogalah tetap selamat dan sejahtera"

Bangsa Quraisy dipandang sebagai salah satu bangsa yang dihormati dan disegani di antara bangsa-bangsa yang ada di semenanjung Arabia. Suku Quraisy sendiri terbagi ke dalam berbagai suku. Bani Hasyim adalah salah satu suku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qushai bin Kilab adalah nenek moyang mereka yang bertugas sebagai penjaga Ka’bah.
Di tengah warga Makkah, Hasyim dikenal sebagai orang yang mulia, bijaksana, dan terhormat. Ia banyak membantu mereka, memulai perniagaan pada musim dingin dan musim panas supaya mereka mendapatkan penghidupan yang layak. Atas jasa-jasanya, warga kota memberinya julukan “sayid” (tuan). Julukan ini secara turun-temurun disandang oleh anak keturunan Hasyim.
Setelah Hasyim, kepemimpinan bangsa Quraisy dipercayakan kepada anaknya yang bernama Muthalib, kemudian dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib adalah seorang yang berwibawa. Pada masanya, Abrahah Al-Habasyi menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah, namun berkat pertolongan Allah SWT, Abrahah dan pasukan gajahnya mengalami kekalahan. Tahun penyerbuan itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Dan sejak peristiwa itu, nama Abdul Muthalib pun semakin terpandang di kalangan kabilah Arab.
Abdul Muthalib mempunyai beberapa anak. Di antara mereka, Abdullah-lah anak yang paling saleh dan paling dicintainya. Pada usia 24 tahun, Abdullah menikah dengan perempuan mulia bernama Aminah.
Dua bulan setelah Tahun Gajah, Aminah melahirkan seorang anak. Ia memberinya nama Muhammad. Sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya Abdullah meninggal dunia. Tak lama setelah melahirkan, sang ibu pun menyusul suaminya kembali ke alam baka. Maka, sejak awal kelahirannya, Muhammad sudah menjalani hidupnya sebagai anak yatim.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang dicintainya, Muhammad diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Berkat anugerah dan rahmat dari Allah SWT, Muhammad tumbuh menjadi dewasa dengan kesucian jiwa yang terpelihara.
Warga kota Makkah begitu mencintainya, bahkan merelakan barang-barang mereka berada di bawah pengawasan Muhammad. Atas kejujuran dan sifat amanah yang ditunjukkannya, mereka memberinya gelar “Al-Amin”, yakni orang yang tepercaya.
Dengan bekal iman yang teguh, Nabi Muhammad Saaw membantu orang-orang fakir, membela orang-orang yang tertindas, membagikan makanan kepada mereka yang lapar, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, dan berusaha memberikan jalan keluar atas masalah-masalah yang mereka hadapi.
Ketika beberapa orang pemuda menggalang sebuah gerakan yang dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda” (Hilful Fudhul), segera Muhammad pun bergabung bersama mereka, karena gerakan itu sejalan dengan perilaku luhur dan tujuan-tujuannya.
Pada suatu waktu, Abu Thalib, paman Muhammad, menasehatinya untuk ikut berniaga dengan kafilah dagang Khadijah, seorang wanita Makkah yang kaya dan terhormat. Kemudian, Muhammad pun ditunjuk untuk memimpin kafilah dagang tersebut.
Selama bergabung dalam kafilah dagangnya, Khadijah menyaksikan dari dekat kejujuran, keteguhan, dan keutamaan perilaku Muhammad. Tak segan lagi Khadijah melamarnya. Muhammad menerima lamaran itu. Dan tak lama kemudian, mereka pun melangsungkan pernikahan.
Dari perhikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah az-Zahra, yang dari keturunannya lahirlah manusia-manusia mulia, karena pada kenyataanya Nabi Muhammad Saw lahir dari suku (bangsa) yang mulia.
Sejarah Nabi Muhammad Saw ini diambil dari beberapa sumber kitab-kitab ulama islam.



Kisah Ijazah Sholawat Bani Hasyim Dari Kyai Kholil Yang Diterima Abah Sepuh

Awal ijazah sholawat Bani Hasyim mengandung kisah luar biasa. Diceritakan waktu itu, Abah sepuh (Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra, ayahanda Abah Anom ra.) mendapat tugas dari gurunya Mama Agung Syeikh Tolhah Kalisapu Cirebon untuk bertabaruk belajar sholawat Bani Hasyim kepada ahlinya yaitu Syeikh Kholil Bangkalan Madura. Abah Sepuh harus berjalan kaki dari Cirebon ke Madura bersama 11 orang murid-murid Syeikh Tolhah lainnya. Jadi semuanya berjumlah 12 orang.



Singkat cerita,sampailah mereka ke Alas Roban (hutan yang sangat lebat berada antara Pekalongan dan Kendal),waktunya bertepatan saat Maghrib. Ke 12 orang itu semua memasuki masjid yang saat itu ada orang tua yang sudah berdiri menjadi imam. Orangtua itu lantas membaca niat dengan bacaan,"Usholli fardhu maghribi,pitik ireng, pitik putih, wedus gembel,menda, kebo, pada melebu kabeh. Maring kandenge,Allohu Akbar" (Niat saya sholat maghrib,ayam hitam,ayam putih,kambing, domba,kerbau semua masuk kandang masing-masing,Allohu Akbar).
Spontan, seluruh rombongan kecuali Abah Sepuh membubarkan diri dari barisan jama'ah sholat maghrib begitu mendengar imam membacakan hal itu dan setelah seorang demi seorang mereka kembali lagi ke Cirebon. Lain halnya dengan Abah Sepuh,begitu selesai sholat, imam menoleh kepada Abah Sepuh yang tinggal seorang diri. Selanjutnya imam berkata sambil tersenyum,"Oh memang koyongono angger wong nganggo otak. Sampeyan Insya Alloh berhasil." (Begitulah orang yang menggunakan otak, memakai metode. Syetan berfikir dihadapan Alloh sewaktu diperintah sujud).  Kenapa Abah Sepuh tetap bermakmum?  Sebab, Beliau cerdas dan mengetahui sekalipun imam mengucapkan seperti itu,sholat tetap sah sebab ucapan tersebut dilakukan di luar sholat.


Sampai di Bangkalan (hanya seorang diri) langsung diijazah Sholawat Bani Hasyim oleh Syeikh Kholil Bangkalan (Madura). Saat pulang, Beliau diantar ke tepi pantai dan disediakan perahu yang hanya muat untuk seorang diri. Beliau mencari-cari pendayung tetapi tidak menemukan bahkan dayungnya pun tidak  pula ditemukan . Akhirnya dengan penuh keyakinan, Beliau niat membaca Bani Hasyim.  Subhanalloh,tiba-tiba perahu bergetar dan mulai bergerak-gerak saat mulai dibaca,"Allohumma..dst," ibarat perahu boat dinyalakan mesinnya kalau zaman sekarang. Abah Sepuh berfikir,pastilah sholawat Bani Hasyim dayungnya. 
Begitu selesai pembacaan shalawat Bani Hasyim, tiba-tiba perahu melesat ke arah barat hingga sampai ke Cirebon. Di pantai Cirebon, Mama Guru Agung menyambut murid terbaiknya yang telah berhasil menjalankan tugasnya.


(Sumber: K.H.Drs.Otong Sidiq Djajawisastra, Wakil Talqin TQN PP.Suryalaya, Pakar Sejarah. Tinggal di Banjarsari,Kab.Ciamis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar