اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِيِّ الْهَـاشِمِيِّ
مُحَمَّدٍوَّعَلَى الِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
Allaahumma shalli 'alaannabiyyil hasyimiyyi Muhammadiw wa'alaa aalihi wa sallim tasliima.
"Ya Allah, berikanlah rahmat serta salam kepada seorang nabi keturunan Bangsawan Hasyim, yakni Muhammad beserta keluarganya, semogalah tetap selamat dan sejahtera"
Bangsa Quraisy dipandang sebagai salah satu bangsa yang dihormati dan
disegani di antara bangsa-bangsa yang ada di semenanjung Arabia. Suku Quraisy sendiri terbagi ke dalam berbagai suku. Bani Hasyim
adalah salah satu suku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qushai
bin Kilab adalah nenek moyang mereka yang bertugas sebagai penjaga
Ka’bah.
Di tengah warga Makkah, Hasyim dikenal sebagai orang yang mulia,
bijaksana, dan terhormat. Ia banyak membantu mereka, memulai perniagaan
pada musim dingin dan musim panas supaya mereka mendapatkan penghidupan
yang layak. Atas jasa-jasanya, warga kota memberinya julukan “sayid”
(tuan). Julukan ini secara turun-temurun disandang oleh anak keturunan
Hasyim.
Setelah Hasyim, kepemimpinan bangsa Quraisy dipercayakan kepada anaknya yang bernama Muthalib, kemudian dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.
Abdul Muthalib adalah seorang yang berwibawa. Pada masanya, Abrahah Al-Habasyi menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah, namun berkat pertolongan Allah SWT, Abrahah dan pasukan gajahnya mengalami kekalahan. Tahun penyerbuan itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Dan sejak peristiwa itu, nama Abdul Muthalib pun semakin terpandang di kalangan kabilah Arab.
Abdul Muthalib adalah seorang yang berwibawa. Pada masanya, Abrahah Al-Habasyi menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah, namun berkat pertolongan Allah SWT, Abrahah dan pasukan gajahnya mengalami kekalahan. Tahun penyerbuan itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Dan sejak peristiwa itu, nama Abdul Muthalib pun semakin terpandang di kalangan kabilah Arab.
Abdul Muthalib mempunyai beberapa anak. Di antara mereka,
Abdullah-lah anak yang paling saleh dan paling dicintainya. Pada usia 24
tahun, Abdullah menikah dengan perempuan mulia bernama Aminah.
Dua bulan setelah Tahun Gajah, Aminah melahirkan seorang anak. Ia
memberinya nama Muhammad. Sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya Abdullah
meninggal dunia. Tak lama setelah melahirkan, sang ibu pun menyusul
suaminya kembali ke alam baka. Maka, sejak awal kelahirannya, Muhammad
sudah menjalani hidupnya sebagai anak yatim.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang dicintainya, Muhammad
diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Berkat anugerah dan rahmat dari
Allah SWT, Muhammad tumbuh menjadi dewasa dengan kesucian jiwa yang
terpelihara.
Warga kota Makkah begitu mencintainya, bahkan merelakan barang-barang
mereka berada di bawah pengawasan Muhammad. Atas kejujuran dan sifat
amanah yang ditunjukkannya, mereka memberinya gelar “Al-Amin”, yakni
orang yang tepercaya.
Dengan bekal iman yang teguh, Nabi Muhammad Saaw
membantu orang-orang fakir, membela orang-orang yang tertindas,
membagikan makanan kepada mereka yang lapar, mendengarkan
keluhan-keluhan mereka, dan berusaha memberikan jalan keluar atas
masalah-masalah yang mereka hadapi.
Ketika beberapa orang pemuda menggalang sebuah gerakan yang dikenal
dengan nama “Sumpah Pemuda” (Hilful Fudhul), segera Muhammad pun
bergabung bersama mereka, karena gerakan itu sejalan dengan perilaku
luhur dan tujuan-tujuannya.
Pada suatu waktu, Abu Thalib, paman Muhammad, menasehatinya untuk
ikut berniaga dengan kafilah dagang Khadijah, seorang wanita Makkah yang
kaya dan terhormat. Kemudian, Muhammad pun ditunjuk untuk memimpin
kafilah dagang tersebut.
Selama bergabung dalam kafilah dagangnya, Khadijah menyaksikan dari
dekat kejujuran, keteguhan, dan keutamaan perilaku Muhammad. Tak segan
lagi Khadijah melamarnya. Muhammad menerima lamaran itu. Dan tak lama
kemudian, mereka pun melangsungkan pernikahan.
Dari perhikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang
diberi nama Fatimah az-Zahra, yang dari keturunannya lahirlah
manusia-manusia mulia, karena pada kenyataanya Nabi Muhammad Saw lahir
dari suku (bangsa) yang mulia.
Sejarah Nabi Muhammad Saw ini diambil dari beberapa sumber kitab-kitab ulama islam.
Kisah Ijazah Sholawat Bani Hasyim Dari Kyai Kholil Yang Diterima Abah Sepuh
Awal ijazah sholawat Bani Hasyim mengandung kisah luar biasa.
Diceritakan waktu itu, Abah sepuh (Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur
Muhammad ra, ayahanda Abah Anom ra.) mendapat tugas dari gurunya Mama
Agung Syeikh Tolhah Kalisapu Cirebon untuk bertabaruk belajar sholawat
Bani Hasyim kepada ahlinya yaitu Syeikh Kholil Bangkalan Madura. Abah
Sepuh harus berjalan kaki dari Cirebon ke Madura bersama 11 orang
murid-murid Syeikh Tolhah lainnya. Jadi semuanya berjumlah 12 orang.
Singkat
cerita,sampailah mereka ke Alas Roban (hutan yang sangat lebat berada
antara Pekalongan dan Kendal),waktunya bertepatan saat Maghrib. Ke 12
orang itu semua memasuki masjid yang saat itu ada orang tua yang sudah
berdiri menjadi imam. Orangtua itu lantas membaca niat dengan
bacaan,"Usholli fardhu maghribi,pitik ireng, pitik putih, wedus
gembel,menda, kebo, pada melebu kabeh. Maring kandenge,Allohu Akbar"
(Niat saya sholat maghrib,ayam hitam,ayam putih,kambing, domba,kerbau
semua masuk kandang masing-masing,Allohu Akbar).
Spontan,
seluruh rombongan kecuali Abah Sepuh membubarkan diri dari barisan
jama'ah sholat maghrib begitu mendengar imam membacakan hal itu dan
setelah seorang demi seorang mereka kembali lagi ke Cirebon. Lain halnya
dengan Abah Sepuh,begitu selesai sholat, imam menoleh kepada Abah Sepuh
yang tinggal seorang diri. Selanjutnya imam berkata sambil
tersenyum,"Oh memang koyongono angger wong nganggo otak. Sampeyan Insya
Alloh berhasil." (Begitulah orang yang menggunakan otak, memakai metode.
Syetan berfikir dihadapan Alloh sewaktu diperintah sujud). Kenapa Abah
Sepuh tetap bermakmum? Sebab, Beliau cerdas dan mengetahui sekalipun
imam mengucapkan seperti itu,sholat tetap sah sebab ucapan tersebut
dilakukan di luar sholat.
Sampai di
Bangkalan (hanya seorang diri) langsung diijazah Sholawat Bani Hasyim
oleh Syeikh Kholil Bangkalan (Madura). Saat pulang, Beliau diantar ke
tepi pantai dan disediakan perahu yang hanya muat untuk seorang diri.
Beliau mencari-cari pendayung tetapi tidak menemukan bahkan dayungnya
pun tidak pula ditemukan . Akhirnya dengan penuh keyakinan, Beliau niat
membaca Bani Hasyim. Subhanalloh,tiba-tiba perahu bergetar dan mulai
bergerak-gerak saat mulai dibaca,"Allohumma..dst," ibarat perahu boat
dinyalakan mesinnya kalau zaman sekarang. Abah Sepuh berfikir,pastilah
sholawat Bani Hasyim dayungnya.
Begitu selesai pembacaan
shalawat Bani Hasyim, tiba-tiba perahu melesat ke arah barat hingga
sampai ke Cirebon. Di pantai Cirebon, Mama Guru Agung menyambut murid
terbaiknya yang telah berhasil menjalankan tugasnya.
(Sumber: K.H.Drs.Otong Sidiq Djajawisastra, Wakil Talqin TQN PP.Suryalaya, Pakar Sejarah. Tinggal di Banjarsari,Kab.Ciamis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar