Minggu, 15 Januari 2017

Pertanyaan mustahil dari pendeta yang mampu di jawab Sayyidina Ali RA

Dalam kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan kisah sebagai berikut:

"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya.

Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!"
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"
"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)."
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"

Kamis, 05 Januari 2017

Kopi mana kopi

Filosofi Gula & Kopi* ☕

Kasus 1
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah..? 🤔

Gula lah yg disalahkan karena terlalu sedikit hingga "rasa" kopi pahit 😫

Kasus 2
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan..? 🤔

Gula lagi karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi manis 😰😫

Kasus 3
Jika takaran kopi & gula balance
Siapa yg di puji...?🤔

Tentu semua akan berkata...
Kopinya mantaaap 🤓

Kemana gula yg mempunyai andil
Membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap ? 🙄🤔

Mari Ikhlas seperti Gula yg larut tak terlihat tapi sangat bermakna.😊

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS...😒
bukan KOPI GULA...😑

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS...😨
bukan TEH GULA..😪

ORANG menyebut ROTI MANIS..😔☹ bukan ROTI GULA...😥

ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU..🙄😓🤒😧
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS... 😪😂

akan tetapi apabila   berhubungan dgn Penyakit, barulah GULA disebut..
PENYAKIT GULA 😱😤😖😡😠😡

BEGITUlah HIDUP.... Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah diSEBUT ORANG....
Tapi kesalahan akan DIBESAR-BESARKAN...

IKHLASlah seperti GULA...
LARUTlah seperti GULA...

Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!
Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...
tapi untuk DIRASAkan..." 👍👍👍

~"Kebaikan yang engkau lakukan HARI INI, mungkin BESOK dilupakan ORANG. Tetap teruslah BERBUAT BAIK..!"☕☕☕☕tetap semangat 👍

Kopii... mana kopii..

Ilmu

Allah maha besar... knapa tulisan ini belum pernah terbaca oleh ku..
___________________
*SEMAKIN TINGGI ILMUNYA, SEMAKIN SEDIKIT MENYALAHKAN ORANG LAIN*
~~~~~~~~~~~~~~~
Sewaktu baru kepulangannya dari Timur Tengah, Prof. DR. Hamka, seorang tokoh pembesar ormas Muhammadiyyah, menyatakan bahwa Maulidan haram dan bid’ah tidak ada petunjuk dari Nabi Saw., orang berdiri membaca shalawat saat Asyraqalan (Mahallul Qiyam) adalah bid’ah dan itu berlebih-lebihan tidak ada petunjuk dari Nabi Saw.

Tetapi ketika Buya Hamka sudah tua, beliau berkenan menghadiri acara Maulid Nabi Saw saat ada yang mengundangnya. Orang-orang sedang asyik membaca Maulid al-Barzanji dan bershalawat saat Mahallul Qiyam, Buya Hamka pun turut serta asyik dan khusyuk mengikutinya. Lantas para muridnya bertanya: “Buya Hamka, dulu sewaktu Anda masih muda begitu keras menentang acara-acara seperti itu namun setelah tua kok berubah?”

Dijawab oleh Buya Hamka: “Iya, dulu sewaktu saya muda kitabnya baru satu. Namun setelah saya mempelajari banyak kitab, saya sadar ternyata ilmu Islam itu sangat luas.”

Di riwayat yang lain menceritakan bahwa, dulu sewaktu mudanya Buya Hamka dengan tegas menyatakan bahwa Qunut dalam shalat Shubuh termasuk bid’ah! Tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Saw. Sehingga Buya Hamka tidak pernah melakukan Qunut dalam shalat Shubuhnya.

Namun setelah Buya Hamka menginjak usia tua, beliau tiba-tiba membaca doa Qunut dalam shalat Shubuhnya. Selesai shalat, jamaahnya pun bertanya heran: “Buya Hamka, sebelum ini tak pernah terlihat satu kalipun Anda mengamalkan Qunut dalam shalat Shubuh. Namun mengapa sekarang justru Anda mengamalkannya?”

Dijawab oleh Buya Hamka: “Iya. Dulu saya baru baca satu kitab. Namun sekarang saya sudah baca seribu kitab.”

Gus Anam (KH. Zuhrul Anam) mendengar dari gurunya, Prof. DR. As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin Alwi al-Maliki Al-Hasani, dari gurunya Al-Imam Asy-Syaikh Said Al-Yamani yang mengatakan: “Idzaa zaada nadzrurrajuli wattasa’a fikruhuu qalla inkaaruhuu ‘alannaasi.” (Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain).

Semakin gemar menyalahkan orang semakin bodoh dan dangkal ilmunya, semakin Tinggi ilmu seseorang maka semakin tawadhu (rendah hati), carilah guru yang tidak pernah menggunjing dan mengkafirkan siapapun.

Hal ini sama seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, itulah peribahasa yang sering kita dengar. Yang memiliki arti, orang berilmu yang semakin banyak ilmunya semakin merendahkan dirinya. Tanaman padi jika berisi semakin lama akan semakin besar. Jika semakin besar otomatis beban biji juga semakin berat.

Jika sudah semakin berat, maka mau tidak mau seuntai biji padi akan semakin kelihatan merunduk (melengkung) kearah depan bawah. Karena batang padi sangat pendek, strukturnya berupa batang yang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang. Jadi tidak sebanding dengan beban berat biji padi yang semakin lama semakin membesar. Berbeda dengan biji padi yang kosong tidak berisi, walaupun kelihatan bijinya berbuah banyak karena tidak berisi maka seuntai biji padi tersebut akan tetap berdiri tegak lurus.
~~~~~~~~~~~~~~
Sebuah Renungan;
http://islamidia.com/semakin-tinggi-ilmunya-semakin-sedikit-menyalahkan-orang-lain/

Selasa, 03 Januari 2017

Keistimewaan dari surat Ad-Dukhoon

Memohon Ampunan Bagi Pembaca Surat Ini

Umat Islam diperintahkan agar selalu berpegang teguh kepada Alquran. Setiap kalimat-kalimat yang ada pada kitab suci tersebut, merupakan perkataan Allah SWT yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Di dalamnya terdapat 114 surat dengan kandungan dan makna yang begitu dalam. Tidak hanya itu, masing-masing surat dalam Alquran juga memiliki keutamaan masing-masing. Seperti pada salah satu surat berikut ini.

Berdasarkan hadist Nabi, pembaca surat ini akan dimohonkan ampunan dari tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh sebuah kehormatan bisa mendapat doa dari makhluk Allah yang sangat taat tersebut. Lantas surat apakah yang dimaksud? Berikut ulasannya.

Surat yang bisa dibaca untuk mendapatkan keistimewaan tersebut adalah surat Ad-Dukhoon. Surat ke-44 ini turun di Kota Mekkah dan memiliki 59 ayat. Ad Dukhoon memiliki arti kabut asap, karena di dalamnya banyak menceritakan tentang asap.

Hadist tentang keutamaan surat ini berdasarkan hadist riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya

"Barangsiapa membaca Ad-Dukhoon (QS.44) pada suatu malam, maka tujuh puluh ribu malaikat memohonkan ampun baginya." (HR Tirmidzi).

Hamba yang dimuliakan Allah SWT ini mendoakan manusia agar mendapat ampunan dari Allah. Mereka tidak akan memberikan syafaat kecuali kepada orang-orang yang diridhai Allah. Mereka beristigfar agar orang-orang yang beriman diampuni kesalahan dan dosanya kepada Allah.

”Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Rabb) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabb-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang , “ (Qs. Asy-Syura : 5 ).

Doa dan istigfar dari malaikat ini merupakan kasih sayang mereka terhadap manusia. Istighfar para malaikat lebih kuat dikabulkan karena mereka mendoakan dari tempat yang tidak dilihat dan tidak diketahui manusia yang didoakannya.

Dan doa semacam ini, dalam hadits shahih, lebih kuat dikabulkan. Ini tidak lain, karena malaikat melihat dosa-dosa yang dilakukan manusia dan mereka juga tahu dampak buruk akibat dari dosa-dosa tersebut. Sehingga istighfar untuk kaum mukminin yang lebih dahulu mereka lakukan, kemudian doa-doa kebaikan untuk mereka.

Namun demikian, adanya keistimewaan dalam sebuah surat bukan berarti surat lainnya tidak utama. Keistimewaan adalah kelebihan namun bukan berarti satu surat lebih rendah daripada surat lain. Karena sejatinya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita agar mempelajari seluruh Alquran, bukan surat-surat tertentu saja